Ruang A, nama kelas yang aku diami selama bertahun-tahun dibangku kuliah. Ruang A, kelas yang menyatukan perbedaan
dengan satu ikatan. Kelas A, kelas yang berdiri dibawah naungan Prodi Ekonomi
Pembangunan. Ruang A, terlalu banyak
definisi jika aku jelaskan secara terperinci disini. Yang jelas, Ruang A adalah
nama kelasku. Titik. Delapan semester bukan waktu yang sebentar memang jika
dikalkulasi, namun dalam jalinan persahabatan yang ada selama empat tahun, terlalu
singkat bahkan teramat singkat.
Ruang
A putra, aku tahu kita tak terlalu dekat, bahkan untuk ukuran seorang sahabat
kita terlalu jarang berkomunikasi. Aku tahu, aku hanya mengobrolkan masalah
presentasi, diskusi, sebab dosen tidak masuk, ada acara di GOR, dan hal-hal
sejenisnya. Aku tahu, aku jarang bercanda dengan kalian. Aku tahu, aku
introvert dimata kalian. Yang perlu kalian tahu, aku tidak tahu bagaimana cara
berinteraksi dengan kalian. Aku tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap. Aku
tidak tahu, maka dari itu aku diam. Tapi kalianlah sahabat paling asyik saat
diskusi dalam presentasi. Dengan sebuah makalah didepan kelas, aku menyampaikan
materi dan dalam sesi tanya jawab kalian begitu bersemangat mengacungkan
tangan. Mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan berbobot, dan aku menjawabnya.
Perselisihan yang berkepanjangan melahirkan dua kubu dalam diskusi. Aku
nyerocos begitu saja, kalian juga tak kalah nyerocos. Kelas serasa hidup dan
panas. Aku bertahan dengan pendapatku, kalian juga bertahan dengan pendapat
kalian, hingga otak kita sama-sama berkeringat. Hanya ada satu kata dari kalian
untukku saat aku mulai nyerocos, “SLOW”, aku masih ingat itu. Memang
kekuranganku, tanpa dikontrol alias secara refleks aku akan berbicara begitu
cepat. Dari kalian aku belajar banyak hal, diantaranya tentang sesuatu yang
tidak memiliki teori dan tidak bisa ditemukan dibuku.
Ruang
A putri, aku tahu kita ber tiga terlalu dekat. Kalian seperti sedarah denganku.
Aku masih ingat betul, kalian meramaikan suasana dengan makan-makan,
mengerjakan tugas, ngobrol. Aku masih ingat betul, topik-topik yang pernah kita
bicarakan. Aku tahu, kalian mengerti aku yang sebenarnya, rame – cerewet –
lebay dan apalah terserah kalian. Saat jeda diantara dua matakuliah, kalian
pasti singgah dipesantrenku. Shalat, ngisi perut, rujakan, dll. “novi...”
itulah jeritan, panggilan, teriakan kalian saat melihat sosokku. Lama sudah aku
tidak mendengarnya. Hanya sesekali, saat bertemu dengan salah satu diantara
kalian. Kalian begitu mengerti prinsip hidupku, yang selalu kalian dukung untuk
mempertahankannya. Melalui waktu tanpa kalian rasanya seperti memiliki
handphone tanpa pulsa. Handphone itu hanya bisa untuk menerima panggilan dan
pesan saja. Hmmm... aku tidak menyangka akan sebegini kehilangannya saat selesai
kuliah. Aku kira akan biasa saja, ternyata tidak.
Kelas
A putra putri, seperti apapun hidup kita nanti, jangan pernah lupakan kelas A.
Aku mengharapkan dan mendo’akan yang terbaik untuk kita semua. Aku ingin, saat
sepuluh tahun lagi kita bertemu ditahun 2024, personil kelas A masih lengkap dan membawa kesuksesan
dan keberhasilannya masing-masing. Ingat, kita dikatakan sukses dan berhasil
bukan dari mobil apa yang kita bawa nanti, bukan jumlah kartu debit didompet
kita, bukan luas ukuran rumah kita, dan juga bukan berapa jumlah gaji yang kita
terima. Tapi, kita dikatakan sukses dan berhasil dari berapa ilmu yang sudah
kita amalkan/terapkan, berapa senyum yang sudah kita hadirkan, dan berapa kali
kita membanggakan negara,, agama, keluarga, dan sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar