Pagi
diawal pekan, aku tertatih meraih gayung kamar mandi. Masih ada segelintir
orang yang terlihat mengantri. Meski mata belum terbuka sempurna, kupaksakan
diguyur air es dalam bak mandi. Brrrr... Kekuatan itu kudapatkan kembali.
Segera kugelar sajadah coklat lengkap dengan mukenah berrajutan benang berwarna
senada. Allahu akbar...
Semakin
dekat angka jarum jam dengan angka lima, semakin banyak sajadah yang tergelar
disamping kanan kiriku. perintah dan aba-aba dari kabag ibadah bersorakkan,
mayoritas penghuni pesantren mendirikan shalat sunat sebelum shalat shubuh.
Setelahnya, beraneka ragam aktifitas yang dilakukan sambil menunggu adzan subuh
digemakan. Ada yang membaca Al-qur’an
dan ada juga yang menunggu azan shubuh sambil terkantuk-kantuk.
Begitu suara adzan subuh menghiasi bumi padang Sakti , mushola sederhana milik pesantren Darul Mu’arif Al-Aziziyah dipenuhi para jama’ah yang kesemuanya adalah penimba ilmu di kampus bukit indah UNIMAL Lhokseumawe. Membaca sholawat sembari menanti kedatangan Aba Aminan Hasan selaku pengasuh yang istiqomah menjadi imam tiap-tiap shalat lima wktu. Derap langkah yang khas membuat salah satu diantara santriwan berdiri untuk membaca iqamah.
Setelah
dzikir yang tak terlalu lama, meja kecil ditarik oleh aba pengasuh. Ini
pertanda kajian kitab kuning siap dimulai. Semua santri mengambil porsi duduk
masing-masing. Kitab bercover warna biru, bertuliskan Mantiq terjemah kitab Sullamul Munauraq fii Ilmil Manthiqi
karya Syekh Abdurrahman al-Akhdari,
aku buka secara perlahan. Kurang lebih kami mengaji selama 1 jam. Tak heran
jika banyak mata yang tertutup ketika kajian kitab dimulai. Sebelum memulaikan
pengajian aba menyuruhkan salah satu dari orang kami untuk mengulang baca yang
sudah minggu lalu, Setelah itu aba menjelaskan menjelaskan satu point dari sebuah
bab, beliau mempersilahkan kami untuk bertanya.
Tepat
pukul 07.20 aba menyudahi kajian, terlihat beberapa santri menggeliat santai
dan membaca sholawat sebagai penutup. pintu musholla yang terletak ditenggah
pesantren ini terbuka. Puluhan santri wan
santriwati berhamburan keluar. Mencapai obsesinya untuk mandi, antrian panjang
pun tak terhindarkan. Karena hanya ada 2 kamar mandi untuk santriwan dan
santriwati berpenghunikan sekitar 100 santri itu.
Semua
santri dibebaskan dari segala aktifitas siang, karena kegiatan mengaji akan
kembali dimulai pada pukul 17.30. Mulai dari pukul 08.15 sampai 17.00 para
santri disibukkan dengan kagiatan kampus yang tepat berada di luar pesantren.
Bagi mahasiswia yang tidak memiliki jadwal kuliah, kebanyakan mereka menghabiskan
waktu di depan laptop, mengulang kitab dan dan membaca buku.
Begitu adzan
Maghrib menyapa, para santriwan dan santriwati berbondong-bondong menuju
mushala. Seperti biasanya, kami menanti kedatangan aba untuk menjadi imam. Tiga rakaat sudah
ditunaikan kemudian dilanjutkan shalat sunat atau bisa juga mengkadha
sembahyang, setelah itu semua jama’ah
mendengarkan tausiah dari aba sampai sebelum azan Insya. Setelah menunaikan
shalat Insya, para santri pulang ke kamar masing-masing mengambil kitabnya untuk bersiap-siap menimba
ilmu. Kegiatan rutin yang dilaksanakan
selama 6 kali/minggu ini.
Derap
langkah jarum dalam jam menunjuk pada angka 20.30, ini artinya setiap santri harus
berada dalam kelas masing-masing. Sedangkan aku kelas 4. Entahlah, padahal aku
tak terlalu bisa, tapi aku begitu mencintai ilmu ini. Lima menit berselang,
seorang ustad memasuki kelas. Dia adalah ustad Jamali, wali kelas kami, beliau terkenal dengan killer yang sangat
ditakuti para santri-santri. Sebenarnya beliau
orangnya baik kalau kita mengikuti peraturan didayah, tapi aku suka dengan sikapnya yang begitu tegas.
Tak hanya teori, beliau juga memberikan
begitu banyak motivasi dan beraneka ragam ilmu. Aku bertekad, untuk menjadi
wanita secerdas beliau.
Meski mata
mengantuk, tetap dipaksakan terbuka sampai pukul 22. 00. Namun, kasur tak bisa
langsung dihampiri. Karena ada satu kitab lagi yang harus di ikuti bersama aba.
Tak terlalu lama, hanya satu jam.
Kegiatan
sudah habis aku lahap, sekarang mengerjakan pekerjaan yang tertunda. Cahaya
terang laptop memudarkan kantukku. Alhasil, jari-jariku asyik menari kesana
kemari. Berlompatan diatas tuts-tuts keyboard yang terdiam.
Seperti itulah aktifitas
keseharianku. Namun, ada yang berbeda untuk tiga malam selanjutnya.. Sedangkan
untuk malam kamis, kami harus mengikuti kegiatan tartil yang disatukan menjadi
satu kelas yaitu kelas 4, kelas 3 dan kelas 2. Setiap malam jum’at kami
berkumpul di atas balai sedangkan bagi santriwan mereka di musala untuk
mengikuti acara muhadharah selesai jam 22.00 setelah itu tidak dilanjutkan
pengajian, benar-benar free. Aku lihat teman-teman
asyik mengobrol. Aku tetap saja menatap
layar laptop, kadang menulis, internetan, lihat film, dan lainnya.
Di hari minggu pagi, kami bergotong
royong membersihkan pesantren sesuai piket yang tertera. Dan SELESAI. Aktifitas
diulangi lagi dari awal. Begitulah seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar