Kepada
dirimu
Yang
bernama selalu di hati setiap Hari
Kepadamu
kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang
harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat
sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga kautsar yang jika
direguk akan menghilangkan dahaga selama – lamanya. Salam penghormatan kasih
dan cinta yang tiada pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa.
Ntah
dari mana aku mulai dan menyusun kata – kata untuk mengungkapkan segala sedu
sedan dan perasaan yang ada didalam dada. Saat kau baca suratku ini anggaplah
aku ada dihadapanmu dan menangis sambil mencium telapak kakimu karena rasa
terima kasihku padamu yang tiada taranya.
Sejak
aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian tiada memiliki
siapa - siapa kecuali Allah didalam dada, kaulah orang yang pertama datang
memberikan rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kau telah menitikkan air
mata untukku.
Ketika
orang - orang disekitarku nyaris hilang kepekaan mereka dan masa bodoh dengan
apa yang menimpa pada diriku karena mereka diselimuti rasa bosan dan jengkel
atas apa kejadian yang sering berulang menimpa diriku, kau tidak hilang rasa
pedulimu. Aku tidak memintamu untuk mengakui hal itu. Karena orang ikhlas tidak
akan pernah mau mengingat kebajikan yang telah di lakukannya. Aku hanya ingin
mengungkapkan apa yang saat ini kudera dalam relung jiwa.
Anggap
saja saat ini aku sedang mencium kedua telapak kakimu dengan air mata
haruku. Kalau kau berkenan dan Tuhan mengizinkan aku ingin jadi abdi dan
budakmu dengan penuh rasa cinta. Menjadi abdi dan budak bagi orang shaleh yang
takut kepada Allah tiada jauh berbeda rasanya dengan menjadi puteri di istana
raja. Orang shaleh selalu memanusiakan manusia dan tidak akan menzaliminya.
Saat ini aku masih dirundung kecemasan dan ketakutan jika bundaku mencariku dan
akhirnya menemukan ku. Aku takut dijadikan santapan serigala.
Sebenarnya
aku merasa tiada pantas sedikitpun menuliskan ini semua. Tapi rasa hormat dan
cintaku pada mu yang tiap detik semakin membesar didalam dada terus memaksanya
dan aku tiada mampu menahannya. Aku sebenarnya merasa tiada pantas mencintaimu
tapi apa yang di buat oleh makhluk dhaif seperti diriku.
Dalam
hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu. Islam memang
telah menghapus perbudakan, tapi demi rasa cintaku padamu yang tiada terkira
dalamnya terhujam didada aku ingin menjadi budakmu. Budak yang halal bagimu,
yang bisa kau seka air matanya, kau belai rambutnya dan kau kecup keningnya.
Aku tiada berani berharap dari itu. Sangat tidak pantas bagi gadis miskin yang
nista seperti diriku berharap menjadi isterimu. Aku merasa dengan itu akan
menemukan hidup baru yang jauh dari makian, kecemasan, ketakutan, dan kehinaan.
Yg ada dibenakku adalah meninggalkan S***a. aku sangat mencintai S***a tanah
kelahiranku. Tapi aku mersa tidak bisa hidup tenang dalam satu bumi dengan
orang - orang yang sangat membenciku dan selalu menginginkan kesengsaraan,
kehancuran dan kehinaan diriku.
Wahai
orang yang lembut hatinya. Apakah salah aku menulis ini semua ?? segala yang
saat ini menderu di dalam dada dan jiwa. Sudah lama aku selalu menanggung
nestapa hatiku selalu kelam oleh penderitaan. Aku merasa kau datang seberkas
cahaya kasih sayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang
sekuat rasa cintaku pada dirimu. Aku tidak ingin menganggu dirimu dengan
kenistaan kata - kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang
bernuasa dosa semoga Allah mengampuninya. Aku sudah siap seandainya aku harus
terbakar oleh panasnya api cinta yang pernah membakar Laila dan Majnun. Biarlah
aku jadi Laila yang mati karena kobaran cintanya. Namun aku tidak berharap kau
jadi Majnun. Kau orang baik, orang baik selalu disertai Allah. Do’akan Allah
mengampuni diriku. Ma’af atas kelancanganku.
Wassalam.
Yang
dirundung nestapa, Novi.
.
Dikutib dari Novel
Ayat-ayat Cinta dengan pengubahan seperlunya
2 komentar:
ehem..... :)
hehehe. pasti ka Arie jadi iri, hehehehe.
Posting Komentar